KILAS24.CO, KOTAMOBAGU – Guna menekan angka Stunting di Kota Kotamobagu diperlukan intervensi secara holistik, integratif dan berkualitas melalui koordinasi dan sinergi antar perangkat daerah.
Demikian disampaikan Sekretaris Daerah (Sekda) Kotamobagu, Sande Dodo, saat membuka Kick off Meeting Strategi Nasional (Stranas) Penanganan Stunting yang diselenggarakan Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda), Senin (15/3).
Kegiatan yang dilaksanakan di aula Kantor Bappelitbangda Kotamobagu itu, menghadirkan Tenaga Ahli Regional V Direktorat Jenderal Bina Bangda Kemendagri Sam Patoro Larobu, SH MH, selaku narasumber.
Sekda berharap, kegiatan yang dilaksanakan dapat memberikan arah terkait intervensi penurunan angka stunting yang terintegrasi.
“Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dan review kinerja. Para pihak terkait, perangkat daerah dan desa/kelurahan juga perlu untuk membagi peran dan tanggung jawab yang jelas untuk memastikan efektivitas intervensi penurunan stunting,” harapnya.
Terpisah, Kepala Bappelitbangda, Sofyan Mokoginta SH, mengatakan bahwa Kick off meeting penting untuk dilaksanakan guna mengantisipasi kasus stunting dan fertility rate di Kotamobagu.
“Output-nya berupa desain arah kebijakan penanganan stunting daerah yang terintegrasi dengan dokumen perencanaan,” kata Sofyan.
Sementara itu, Ibnu Subhan, SS MM, selaku Kabid Pemerintahan dan Pembangunan Desa menambahkan, berdasarkan data Dinas Kesehatan angka stunting di Kotamobagu pada tahun 2020 sebanyak 208 balita atau 5,09% dari 7.544 jumlah sasaran.
“Nah, data ini ini yang akan menjadi acuan serta fokus Pemerintah melalui kolaborasi program dan kegiatan lintas Perangkat Daerah,” imbuhnya.
Sekadar informasi, stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis pada 1.000 Hari Pertama Kelahiran. (yud/rmb)