KILAS, OLAHRAGA — Tidak sulit untuk pesepakbola berdarah Belanda untuk mengukir karier prestisius di kompetisi Indonesia. Rasanya berdosa besar jika menyebut Belanda bukanlah salah satu negara tersukses dalam sejarah sepakbola. Meski kerap digelari “Sang Juara Tanpa Mahkota”, Belanda banyak melahirkan talenta-talenta hebat sepakbola, salah satunya untuk Liga Indonesia.
Belanda tidak bisa dipisahkan dari Indonesia karena tak hanya dari sisi historis secara keseluruhan. Dalam hal sepakbola pun Belanda punya andil untuk sepakbola Indonesia.
Jika tidak ada Belanda, rasanya tak mungkin akan ada sosok-sosok pribumi asal Nusantara seperti Achmad Nawir atau Sutan Anwar bermain di Piala Dunia 1938 dengan membela Timnas Hindia Belanda. Jika tidak ada Belanda, rasanya tokoh-tokoh pergerakan sepakbola di Indonesia bisa saja tidak bersatu untuk membetuk PSSI sebagai simbol perlawanan bagi penjajah.
Di era modern, Indonesia masih tidak bisa lepas dari Belanda. Faktanya, Belanda masih menjadi negara yang pemainnya banyak dinaturalisasi oleh PSSI.
Di level liga, ada sosok Belanda yang namanya diprediksi akan tercatat lama dalam sejarah sepakbola Indonesia sebagai pemegang rekor. Sylvano Comvalius menjadi pemain tersubur dalam semusim sepanjang masa Liga Indonesia bergulir hingga saat ini.
Pada musim 2017, Comvalius yang saat itu membela Bali United sanggup membukukan 37 gol dari 34 laga. Torehannya sanggup memecahkan rekor tersubur dalam semusim milik Peri Sandria (Bandung Raya) yang sudah bertahan selama 20 musim.
Di musim ini, tercatat ada enam pemain berpaspor Belanda untuk Liga 1 2020 yakni Nick Kuipers, Geoffrey Castillion, Melvin Platje, Marc Klok, Sylvano Comvalius, dan Wiljan Pluim.
Jumlah itu, di luar pemain naturalisasi atau keturunan Indonesia asal Belanda seperti Irfan Bachdim, Stefano Lilipaly, Ezra Walian, Raphael Maitimo atau Diego Michiels. Jika digabungkan ada sebelas pemain asal Belanda di Liga 1 2020, dan itu menjadi yang terbanyak kedua setelah pemain asal Brasil (26 pemain).
Sebelas pemain asal Belanda menjadi bukti bahwa Belanda masih dipercaya oleh beberapa klub di Liga Indonesia dalam mengimpor pemain berkualitas. Dari enam pemain asing yang disebutkan sebelumnya, sejauh ini mereka semua mempunyai kesan baik di klub-klub yang pernah dibela masing-masing pemain.
Marc Klok dan Wiljan Pluim, mereka menjadi sosok paling berjasa bagi PSM di musim sebelumnya saat menjuarai Piala Indonesia. Sylvano Comvalius dan Melvin Platje menjadi pemain yang mampu membuat Bali United bertaji di Liga 1 di musim yang berebeda. Nick Kuipers dan Geoffrey Castillion sanggup membawa Persib menjadi pemuncak klasemen Liga 1 2020 sejauh ini.
Pemain PSM kelahiran Belanda, Ezra Walian, mengatakan jika pemain asal Belanda bisa punya karier yang baik di belahan dunia manapun termasuk di Indonesia. Ezra mengatakan, pendidikan dasar sepakbola di Belanda menjadikan kebanyakan pemain asal negara asal Wesley Senijder itu punya karier yang baik di Liga Indonesia.
Ezra juga tak sependapat, jika perbedaan iklim antara Belanda yang dingin dan Indonesia yang panas akan menjadi hambatan besar bagi pemain asal Belanda. “Kalian lupa di mana salah satu negara yang punya akademi-akademi sepakbola terbaik di dunia? Belanda. Menurut saya, itu yang membuat banyak pemain Belanda punya karier cemerlang di sini,” ujar Ezra.
Sementara pemain debutan asal Belanda di Liga 1, Geoffrey Castillion, mengaku masih dalam masa adaptasi. Kendati Geoffrey tergolong apik sejauh ini dengan mencetak dua gol dari empat laga, ia mengaku masih perlu waktu agar kemampuannya bisa lebih baik lagi.
“Untuk saya, memang sulit saat awal datang ke sini, karena sebelumnya saya main di Islandia selama tiga tahun. Saat ke Indonesia, sangat berbeda. Hal tersulit yang dilakukan adalah bernapas karena udaranya yang panas, ini sangat berat,” tutur Castillion.
Selain penyuasaan cuaca, Castillion juga mengaku perlu melakukan penyesuaian secara gaya bermain. Namun ia mengaskan pemain asal Belanda dibekali hak berharga saat masih di akademi, yakni dasar-dasar taktikal yang baik dan benar.
“Saat masih muda di Belanda, anak-anak di sana memang banyak dibekali tentang taktik yang sangat dasar dan itu terasa sangat baik untuk pesepakbola asal Belanda. Ini keberuntungan untuk pesepakbola asal Belanda di Indonesia karena mereka dibekali dasar-dasar yang bagus,” ujar Castillion.
“Jadi untuk sekarang, sejauh ini masih oke dalam segala hal. Saya mungkin saya butuh satu atau dua bulan paling lama untuk merasa lebih baik lagi,” tutur Geoffrey menambahkan.
Senada dengan Castillion, bomber Bali United yakni Melvin Platje juga sempat merasa sulit saaat awal kedatangannya di Liga Indonesia pada 2018.
“Dua bulan pertama adalah masa yang sulit karena cuaca sangat berbeda dengan Belanda. Di sini lebih panas tapi sekarang kondisi saya sangat baik untuk ini,” ungkap Melvin.
Melvin juga sependapat dengan Ezra dan Castillion, kalau Belanda merupakan eksportir pemain bagus ke berbagai belahan dunia. Melvin mengaku saat ia berkarier di Eredivisie, itu menjadi modal berharga baginya untuk bisa tampil baik di Liga 1 sejauh ini.
“Saya dan Wiljan Pluim pernah bermain kurang lebih seratus pertandingan di salah satu liga terbaik di dunia, Eredivisie. Pemain asal Belanda lainnya juga punya kualitas baik dan itu sangat bagus untuk Liga Indonesia yang kini memiliki banyak pemain Belanda,” ujar Melvin.
Tercatat kegiatan impor pemain asal Belanda pertama sudah ada sejak era Galatama 1982-1983. Saat itu ada Trio Belanda yakni Mozes Isaac dan Hanz Manuputty di Tunas Inti Jakarta dan Wendel Eugene di Pardedetex.
Di era Liga 1 (2017-sekarang), impor pemain asal Belanda semakin merebak kembali. Pemain yang datang pun bukan pemain abal-abal karena mereka datang dengan CV yang mentereng. Beberapa bahkan dilabeli status Marquee Player pada 2017 seperti Nick van der Velden dan Wiljan Pluim.
Pada musim ini, tercatat ada empat dari enam pemain impor asal Belanda yang berhak dilabeli status marquee player apabila status itu masih diberlakukan yakni Nick Kuipers, Geoffrey Castillion, Melvin Platje, dan Wiljan Pluim.
Sementara Marc Klok dan Sylvano Comvalius, keduanya memang tak masuk kualifikasi marquee player , akan tetapi CV mereka pun cukup mentereng karena merupakan jebolan dua klub ternama Belanda yakni FC Utrecht dan Ajax Amsterdam.
Sumber: goal.com