KILAS24.CO,OLAHRAGA – Jika penggemar sepak bola di era tahun 1990an hingga 2004 memperhatikan tabel klasemen Liga Serie A musim 2021/2022 ini, maka akan terlihat ada salah satu klub anggota Il Sette Magnifico alias The Magnificient Seven yang menghilang dari tabel tersebut, dan klub tersebut itu adalah Parma Calcio 1913 yang dahulu bernama Parma Associazione Calcio.
Musim lalu I Gialloblu (julukan Parma) harus menelan pil pahit setelah di akhir musim 2020/2021. Di pekan yang sama yakni di pekan ke 34, tak lama setelah Inter Milan memastikan diri sebagai juara Serie A musim lalu, Parma dipastikan kembali terdegradasi dari kompetisi kasta tertinggi sepak bola Italia itu, setelah tumbang 1-0 kala bertandang ke markas Torino. Gol tunggal Torino yang dicetak Mergim Vojvoda di menit ke-63 mengantar Parma turun kasta ke Serie B.
Dari 34 pertandingan yang sudah digelar, Parma hanya sanggup mengumpulkan 20 poin saja. Gervinho dkk. hanya sanggup menang tiga kali dan menelan kekalahan sebanyak 20 kali.
Padahal dahulu, Parma adalah sebuah kesebelasan yang sangat disegani. Rentetan trofi di era 90an hingga awal 2000an jadi bukti betapa kuatnya klub yang bermarkas di Stadion Ennio Tardini itu di masa lalu, selain itu Parma juga merupakan salah satu klub yang masuk dalam jajaran The Magnificient Seven julukan tersebut disematkan kepada 7 klub Italia yang selalu menguasai persaingan liga Italia, bahkan kompetisi Eropa.
Prestasi terbaik Parma di pentas domestik yaitu meraih tiga gelar Piala Italia dan Piala Super Italia. Di kawasan Eropa, Parma berhasil menancapkan kuku sebagai salah satu tim yang disegani. Tim yang identik dengan warna kuning dan biru itu dua kali juara Piala UEFA, satu kali juara Piala Winners, dan juara Piala Super Eropa pada 1993.
Parma di masa itu dikenal sebagai tim bertabur bintang, dengan disokong oleh Parmalat, perusahaan Italia milik Calisto Tanzi yang memproduksi susu dan makanan. Gelontoran uang dari Parmalat membuat Parma bisa sesuka mereka mendatangkan pemain bintang.
Di bawah mistar gawang Parma sempat diperkuat legenda sepak bola Italia, Gianluigi Buffon. Buffon merupakan pemain binaan akademi klub sebelum diboyong Juventus dan musim ini kembali memperkuat Parma.
Nama-nama tenar macam Nestor Sensini, Fabio Cannavaro, Fernando Couto, dan Lilian Thuram juga pernah memperkuat lini belakang Parma yan disegani tim-tim lawan. Tak ketinggalan pula pemain seperti Juan Veron, Dino Baggio, Alain Boghossian, dan Tomas Brolin di lini tengah.
Lini depan Parma juga tidak kalah mengilap. Penyerang mungil Gianfranco Zola sempat bermain selama tiga musim dengan seragam Parma sebelum memutuskan pindah ke klub Liga Inggris, Chelsea.
Selain itu, terdapat pula nama-nama penyerang haus gol seperti Enrico Chiesa, Faustino Asprilla hingga salah satu penyerang asing terbaik yang pernah bermain di Italia, Hernan Crespo.
Sederet nama-nama tenar di atas bisa tampil menawan berkat racikan taktik Nevio Scala, Carlo Ancelotti, hingga Alberto Malesani. Scala sendiri merupakan pelatih yang berperan penting di balik keberhasilan Parma promosi ke Serie A pada 1990.
Dengan dana melimpah, pelatih jempolan, dan skuat bertabur bintang, Parma dalam 10 tahun berhasil meraih sembilan trofi. Mulai dari gelar di kompetisi domestik hingga turnamen benua Biru.
Parma yang tergolong anak baru di Serie A juga menjelma sebagai tim kandidat scudetto di setiap musimnya. I Gialloblu bersaing dengan tim-tim yang punya tradisi besar macam Juventus, AC Milan, Inter Milan, AS Roma, Lazio, hingga Fiorentina.
Namun, masa-masa jaya Parma itu memudar seiring kepergian para pemain bintang macam Hernan Crespo, Gianluigi Buffon, Lilian Thuram, hingga Fabio Cannavaro pada awal tahun 2000-an.
Pada April 2004, Parma dinyatakan pailit setelah krisis yang dialami Parmalat sebagai penyokong utama tim. Sang pemilik Tanzi terbelit skandal finansial dan Parma yang jadi kekuatan besar di Italia langsung oleng.
Tiga tahun berselang Parma diambil alih pengusaha Tommaso Ghirardi. Di era Ghirardi lagi-lagi persoalan salah urus klub kembali terjadi.
Pengelolaan keuangan yang buruk membuat Parma kembali bangkrut pada 2014. Pihak klub berutang hingga 218 juta euro dan harus menerima kenyataan diturunkan ke Serie D atau kompetisi kasta keempat Negeri Pizza.
Sumber: cnnindonesia.com