KILAS24.CO, RELIGI – Selain menjadi salah satu kota yang menyimpan banyak harta karun diwaktu peradaban Tiongkok kuno, Kota Suzhou yang terletak dua jam dari Kota Shanghai, juga hampir menjadi kota yang penduduknya mayoritas beragama Islam di China. Suzhou bahkan dijuluki sebagai kota masjid yang terlupakan. Di kota ini, dulunya terdapat lebih dari 10 masjid, tapi sekarang hanya tersisa satu masjid yaitu Masjid Taipinfang.
Nasib Islam di China tidak selalu seperti nasib Muslim Uighur yang banyak mengalami penindasan. Peneliti ilmu politik Alessandra Cappelletti menerbitkan sebuah artikel beberapa waktu lalu tentang kota Suzhou di China, yang disebutnya “kota masjid yang terlupakan”.
Dikutip dari arabicpost, pertempuran Talas adalah satu-satunya pertempuran antara dunia Islam dan Kekaisaran China. Namun, itu bukan satu-satunya perselisihan, karena umat Islam telah melakukan kontak dengan orang China sejak awal.
Islam pertama kali ditularkan ke China melalui perdagangan. Orang-orang Arab Muslim tiba di China melalui perdagangan maritim Jalur Sutra selatan. Salah satu daerah tertua di mana Islam menyebar adalah Provinsi Jiangsu di Tiongkok barat. Provinsi ini berada di daerah pesisir dan Islam ditularkan melalui pedagang Muslim di Dinasti Tang.
Di antara Muslim paling terkenal di wilayah ini adalah Syekh Bahauddin, yang datang ke Tiongkok untuk mendakwahkan Islam dan mendirikan sekolah pendidikan di Masjid Xianhe (artinya Phoenix), yang dianggap sebagai masjid kuno terbaik di Tiongkok.
Pada 1368, Kaisar Chu Yuanzhang memerintahkan pembangunan masjid baru di Nanjing, yang sekarang dikenal sebagai Masjid Jingjiu. Dekrit bangunan dibuat sebagai pengakuan atas kontribusi Muslim terhadap pembentukan Dinasti Ming dari Kekaisaran Tiongkok.
Peristiwa ini menunjukkan tempat terkemuka Islam dalam sejarah Tiongkok. Dalam artikel Alessandra, dikatakan peneliti bahwa masyarakat Islam telah menikmati preferensi kaisar, terutama pada masa pemerintahan Dinasti Tang, Dinasti Yuan, dan Dinasti Qing.
“Pengadilan kekaisaran China memandang Islam dengan baik karena karakter akhlaknya, yang menurut perspektif kaisar China, mempromosikan hubungan yang harmonis dan damai antara berbagai bangsa di tanah kekaisaran,” katanya.
Menurut peneliti, setelah pemberontakan di paruh kedua abad kesembilan belas di China barat, jutaan Muslim terbunuh dalam pemberontakan ini. Pada saat yang sama, proyek misionaris Kristen dimulai di China, khususnya oleh Rusia.
Hal menarik yang disebutkan Alessandra di sini adalah para cendekiawan dan misionaris dulu menganggap Islam sebagai ancaman di Tiongkok, sebagaimana banyak orang di Barat menganggap bahwa Islam mungkin menjadi agama nasional Tiongkok. Dengan demikian, kekhawatiran berkembang bahwa China akan menjadi negara Muslim terbesar di dunia.
Adapun Suzhou, yang disebut Alessandra dalam artikelnya sebagai “Kota Masjid yang Terlupakan”, kini menjadi kota kaya dengan populasi 12 juta, dan sangat dekat dengan Shanghai. Dan sisa-sisa monumen Islam di Suzhou terletak di luar tembok kota. Sekarang hanya memiliki satu masjid aktif, Masjid Taipinfang.
Masjid tersebut dipugar pada 2018 dan menjadi satu-satunya tujuan umat Islam yang ingin sholat di sana. Namun sebelum 1949, ada sekitar 10 masjid di Suzhou, salah satunya adalah masjid khusus wanita yang dikelola wanita dan dipimpin jamaah wanita.
Sedangkan ada masjid lain bernama Tiankukian yang dibangun pada 1906 namun berubah menjadi masjid untuk kaum dhuafa. Tampaknya ini disebabkan kebijakan Revolusi Kebudayaan di Tiongkok, yang menetapkan semua bangunan besar sebagai perumahan bagi keluarga miskin.
Adapun masjid tertua di Suzhou adalah Masjid Shijuan, yang dibangun pada abad ketiga belas pada masa pemerintahan Dinasti Yuan, dan konon yang membiayai pembangunannya adalah keluarga Sayyid Ajil Shamsuddin Umar Al Bukhari, dan ini adalah gubernur provinsi pertama di Provinsi Yunnan di Tiongkok. Masjid tersebut kemudian diubah menjadi gedung pemerintah.
Banyak dari masjid di Suzhou ini juga memiliki sekolah yang mengajarkan ilmu Arab dan Islam kepada Muslim. Suzhou juga merupakan salah satu kota pertama yang menerbitkan buku-buku Islam dalam bahasa Mandarin.
Namun peninggalan ini sekarang hanya berupa ukiran di bangunan yang digunakan orang Tionghoa sehari-hari, sementara satu-satunya masjid di Suzhou yang masih utuh adalah Masjid Taipinfang.
Sumber: republika.co.id