Oleh: Rusmin Mamonto / Warga Boltim
26 Februari 2023, Sam Sachrul Mamonto (SSM) genap berusia dua tahun sebagai Bupati Bolaang Mongondow Timur (Boltim). Meski usia kepemimpinannya masih terbilang baru, namun bupati yang dikenal energik ini sudah berhasil menorehkan beragam prestasi dan capaian pembangunan untuk daerah yang dikenal kaya dengan potensi alamnya ini.
Catatan prestasi yang berhasil dipersembahkan SSM bisa dilihat dari banyaknya penghargaan dan apresiasi baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi, serta sejumlah lembaga kepada Pemerintah Kabupaten Boltim. Sedangkan capaian pembangunan yang jadi bukti atas kerja nyata SSM dengan kasat mata terlihat jelas ada peningkatan dalam segala bidang pembangunan, baik di wilayah pesisir (meliputi Kecamatan Tutuyan, Kotabunan, Motongkad dan Nuangan) maupun pegunungan (meliputi Kecamatan Modayag, Modayag Barat dan Mooat).
Meski sudah banyak menorehkan prestasi mentereng untuk daerah ini, namun ada banyak tantangan dilewati SSM dalam dua tahun perjalanannya memimpin Boltim. Pandemi Covid-19 di awal ia menjabat sebagai bupati, keterbatasan anggaran pembangunan yang teralokasi dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), serta hanya ‘bekerja sendiri’ tanpa dukungan dan sinergitas gerak langkah dari pasangannya, menjadi tantangan tersendiri bagi bupati bergelar adat Kolano in Sinungkudan Tule Molantud in ta Mokotareangkum itu.
Di dua tahun perjalanan memimpin Boltim, harus dijadikannya momentum refleksi secara kolektif atas apa yang telah dilalui, telah dilakukan, yang sudah dan belum dipersembahkan dan berikan untuk masyarakat. Memasuki tahun ketiga usia pemerintahannya ini, juga harus jadi momentum dan starting point untuk merencanakan dan mencapai prestasi yang lebih baik lagi. Berbagai prestasi dan capaian di dua tahun sebelumnya harus menjadi energi positif sekaligus pemicu dan pemacu semangat baginya untuk terus memberikan yang terbaik bagi daerah ini.
Butuh waktu bagi SSM untuk mewujudkan Boltim seperti yang diharapkan dan didambakan. Dua tahun bukanlah waktu yang cukup dalam mewujud-nyatakan cita-cita pembangunan, harapan, aspirasi serta berbagai tuntutan masyarakat. Apalagi ia hanya ‘bekerja sendiri’ tanpa support dari sang pasangan. Sehingga tak adil jika membandingkan hasil kerja dalam waktu dua tahun dengan dua periode pemerintahan sebelumnya. (***)